TERSENYUMLAH PADA SAUDARIMU WAHAI UKHTI

Saat itu aku bekerja di sebuah gedung di bilangan Jakarta Selatan. Kantorku berada di lantai 32. Di sini aku bekerja selama 10 bulan. Biasanya di lantai ini, setiap 1-3 bulan sekali selalu bertukar yang menyewa ruangan. Tidak banyak penghuni untuk lantai ini, sepi. Di lantai ini disediakan suatu ruangan khusus untuk shalat bagi muslim.

Sudah satu bulan shalat sendirian, kemudian saya melihat sosok wanita yang berpakaian rapi berhijab syar’i. Wah saya merasa senang, apalagi hijabnya sudah bagus. Tapi anehnya dia tidak pernah mau melihat atau ketika berpapasan menyapa ataupun sekedar memberikan senyuman kecil untukku. Untuk satu minggu mungkin masih segan atau malu, aku merasa maklum. Tapi sudah sering shalat di tempat yang sama tetap saja sikapnya dingin, tidak pernah ada sapaan ataupun senyuman kecil tersungging sari wajahnya.

Beberapa kali saya mencoba untuk melihat ke arahnya dengan harapan dia akan sadar dan melirik ke arahku. Namun tak pernah ada kesempatan untuk itu, dia hanya berlalu tampa menatap ke arahku, padahal ruangan itu kecil. Aku dan dia selalu shalat berdampingan.

Aku sadar, aku muslimah yang masih belajar dengan hijab, hijabku pun masih hijab seperti muslimah kebanyakan (belum syar’i). Tapi aku sangat senang melihat orang-orang yang mengenakan jilbab syar’i. Aku tidak tahu apa yang salah dengan sikapku, apakah karena aku belum mengenakan jilbab syar’i makanya dia tidak bisa care dengan ku? Atau apakah ada anggapan darinya aku tidak respet dengan orang-orang yang berpakaian syar’i? Pikiranku memang susah dikendalikan.

Pernah suatu hari aku satu lift dengan orang asing, saat itu aku terburu-buru mengejar lift yang mau tutup, tiba-tiba dia meletakan tangannya dekat pintu lift sehingga aku bisa turun dengan lift yang sama. Tak seperti saudariku yang muslimah itu, orang ini lebih ramah dan menyapa aku dengan bahasa yang sopan. Terbesit dalam hatiku, ini seharusnya sikap seorang muslim kepada saudaranya. Sungguh aku akan merasa sangat senang bila saudara muslimku juga bersikap demikian.

Ya, aku bukan menggeneralisir semua seperti itu. Aku hanya berharap jika saudara muslimku tetap memberikan senyum pada semua muslim tanpa melihat apa yang dikenakannya, apakah dia berjilbab syar’i atau belum, apakah berjenggot atau belum, beda kelompok ataupun organisasi. Karena terkadang kita tersenyum manis hanya kepada saudara yang satu organisasi atau kelompok. Bukankah senyumanmu pada saudara mu adalah sedekah.

Arikel ini bukan bertujuan untuk menyudutkan akhwat, atau membuat muslimah menjadi takut untuk berhijab syar’i. Tidak sama sekali, Penulis hanya ingin memberitahu kalau banyak orang lain yang sangat kagum dengan hijab syar’i yang telah kamu kenankan dan mengimpikan dapat hijrah untuk lebih syar’i seperti dirimu. So, keep smile ya ukhti, karena kita semua bersaudara.

Sumber : http://bersamadakwah.net/tersenyumlah-pada-saudarimu-wahai-ukhti/

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *