PENDIDIKAN IBADAH PADA ANAK

Anak-anak dilahirkan ke dunia ini bagaikan kertas putih. Orang tua, pendidik dan masyarakatlah yang menentukan warnanya. Abdullah Nashih Ulwan (seorang pakar pendidikan dalam Islam) mengatakan bahwa anak-anak itu dilahirkan bersih fitrahnya, maka bergantung ayah bundalah untuk memberikannya warna. Jika anak-anak itu dibesarkan dalam rumah yang dengan suasana keislaman, maka ke arah itulah kelak ia dicitrakan. Jika anak-anak dibesarkan di rumah yang jauh dari nilai-nilai Islam dan penuh dengan kerusakan maka ke arah itu pulalah kelak anak-anak itu terbentuk. Jadi anak-anak yang sholeh itu tidak lahir begitu saja. Ia perlu suasana, nuansa, dan pembiasaan yang baik sedari kecil di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.
Metodologi Pendidikan Ibadah pada Anak Usia Dini
Pemberian taklif hukum ibadah bagi kaum muslimin mulai dilakukan ketika usia balig, Meski demikian Rasulullah saw mengajarkan proses pembiasaan praktek ibadah sejak usia dini. Sebagaimana hadis Nabi saw yang berbunyi : “Suruhlah anak-anak kamu bersembahyang pada usia tujuh tahun, dan pukullah dia jika tidak mau bersembahyang pada usia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidurnya”.
Berikut ini metode-metode yang bisa diterapkan untuk mengajarkan ibadah pada anak-anak usia dini.
Pendidikan Ibadah pada anak-anak usia dini harus dilakukan dengan penuh kasih sayang, menyenangkan dan tanpa unsur paksaan.
A. Pendidikan dengan keteladanan.
Metode ini paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral , spiritual dan kehidupan social anak.Orang dewasa bagi anak-anak usia dini adalah idola dalam kehidupan mereka.Anak-anak usia tersebut adalah peniru-peniru ulung semua perilaku idolanya. Maka keteladanan menjadi kunci utama keberhasilan proses pendidikan. Jika idola mereka adalah seorang yang berjiwa jujur, berakhlak mulia, dapat dipercaya, berani dan menjauhkan diri darihal-hal yang dilarang agama maka anak-anak di sekitarnyapun akan meneladani karakter-karakter itu.
B. Pendidikan dengan kebiasaan.
Pada anak-anak usia dini, proses pembiasaan hendaklah dilakukan secara konsisten. Hal ini penting untuk melatihkan kedisiplinan pada mereka. Kita harus memiliki perencanaan yang matang mengenai hal-hal apa saja yang akan diberikan kepada anak-anak selama jangka waktu tertentu.Pembiasaan merupakan upaya praktis dalam pembentukan moral dan karakter anak. Beberapa contoh dalam mengajarkan dan membiasakan prinsip-prinsip kebaikan kepada anak-anak.
C. Pendidikan dengan nasehat.
Nasehat yang baik dengan tutur kata yang lemah lembut, dapat menyadarkan anak-anak tentang hakekat sesuatu dan mendorongnya untuk memiliki budi pekerti yang luhur, berakhlak mulia dan teguh pada prinsip-prinsip Islam. Al-Qur’an penuh dengan ayat-ayat yang menjadikan metode nasehat-nasehat sebagai dasar dakwah, jalan menuju perbaikan individu, dan memberi peunjuk yang mengantarkan kepada kebenaran.
D. Pendidikan dengan memberikan perhatian.
Kita haruslah mencurahkan, memperhatikan, dan senatiasa mengikuti perkembangan setiap anak di sekitar kita. Kita juga harus mengetahui latar belakang kehidupan anak-anak tersebut, sehingga bisa memahami dan bersikap bijaksana dalam menghadapi mereka.
E. Pendidikan dengan pujian.
Jangan lupa untuk memberikan pujian dengan tulus jika anak-anak mampu mengerjakan hal-hal baik seperti yang kita teladankan.Hal ini penting untuk menumbuhkan motivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri mereka. Tidak diperbolehkan mencela kesalahan mereka saat melakukan suatu kegiatan, kita harus mengarahkan mereka dengan arif dan bijaksana. Hukuman kepada anak-anak diperlukan sebagai sarana untuk untuk mengingatkan mereka, terhadap kesalahan dan pelanggaran yang mereka lakukan.
Hukuman tidak boleh digunakan sebagai sarana pelampiasan emosi kemarahan, hukuman harus bersifat konstruktif, bijaksana, adil dan sesuai dengan kondisi jiwa dan psikologi anak-anak. Tidak diperbolehkan memberikan hukuman fisik kepada anak-anak (mencubit, memukul, menempeleng dan sebagainya) juga tidak diperbolehkan memberikan hukuman yang mempermalukan mereka.
F. Metode Percakapan (Hiwar).
Metode hiwar adalah metode percakapan akan tetapi dalam hal ini perlu dipahami bahwa objeknya adalah anak usia dini. Anak pada umumnya mulai pandai berbicara pada umur dua tahun. Oleh karena itu, dianjurkan ketika anak mulai pandai bercakap, diajarkan kata-kata yang baik dan benar, sebagai mana dalam suatu riwayat al-Hakim bahwa Rasulullah SAW bersabda: Bacakanlah kepada anak-anakmu kalimat pertama dengan “lailahaillallah”. Hikmanya agar kalimat tauhid dan syiar masuk ke pendengaran anak, dan kalimat pertamalah yang diucapkan lisannnya dan lafal pertama yang difahami anak.
G. Metode latihan (Drill).
Menurut Zuhaini metode dirill atau latihan adalah suatu metode dalam pengajaran dalam melatih anak terhadap bahan pelajaran yang telah diberikan. Untuk  usia anak yang masih balita yang berumur 2-5 tahun metode ini dapat diterapkan. Misalnya melatih berbahasa, melatih ketrampilan gerak dengan cara menggambar dan lain-lain.
Metodologi Pendidikan Ibadah pada Anak Usia Sekolah Dasar
Menurut Zakiyah Darajat dalam bukunya ilmu jiwa agama kategori umur anak-anak adalah usia sekolah dasar yang pada umumnya usia 6-12 tahun. Ketika anak usia seperti ini jiwanya telah membawa rasa bekal agama dan kepribadiannya, tetapi masih dalam lingkungan dasar.
Dengan demikian, pengajaran agama sangat penting untuk  ditanamkan dalam diri anak. Adapun beberapa metode yang dapat diterapkan dalam mendidik anak sesuai dengan perkembangan yang dapat diterapkan dalam mendidik anak sesuai dengan perkembangan anak tersebut, yaitu:
A. Metode keteladanan.
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang cukup efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual dan sosial. Sebab seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru. Karenanya keteladanan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya anak didik.
B. Metode Pembiasaan.
Yang dimaksud pembiasan adalah membiasakan cara-cara bertindak, dibaitkan dengan metode pembelajaran pada anak-anak, maka pembiasaan anak kepada hal-hal yang baik dalam belajar sopan santun dalam keluarga maupun dalam kehidupan sehari-hari.
C. Metode Nasehat.
Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik kedalam jiwa dengan cara memberikan nasehat yang dapat mengetuk hati atau relung jiwa sang anak. Bahkan dengan metode ini pendidik dapat mengarahkan peserta didik kepada kebaikan dan kemaslahatan, serta kemajuan masyarakat dan umat.
D. Metode Kisah.
Metode kisah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi pengajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal yang baik, yang sebenarnya terjadi ataupun tekanan saja.
E. Metode Hukuman.
Muhammad Quthb mengatakan bahwa “bila teladan dan nasehat di metode lain tidak mampu menguba sikap anak, maka pada waktu itu harus diadakan tindakan tegas yang disebut hukum (sifatnya mendidik)
Metodologi Pendidikan Ibadah pada Anak Usia Remaja (SMP-SMA)
Remaja adalah anak yang berada pada usia bukan anak-anak, tetapi juga belum dewasa. Periode remaja itu belum ada kata sepakat mengenai kapan dimulai dan berakhirnya. Ada yang berpendapat bahwa usia remaja itu antara 13-21, ada juga yang mengatakan antara 13-19 tahun.
Remaja yang telah tamat atau telah putus sekolah hakikatnya membutuhkan dan berhak atas lapangan kerja yang wajar, sesuai dengan UUD 1945 pasal 27 ayat 2. Telah diketahui bersama bahwa anak adalah asset terbesar bagi orang tua, anak adalah amanah Allah yang perlu didik. Oleh karena itu, agama harus ditanamkan pada diri mereka.
Dalam mengajarkan agama pada remaja diperlukan berbagai metode. Adapun metode yang digunakan untuk  mengajarkan agama pada remaja telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain:
A. Metode keteladanan.
Ketelaudanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dalam aspek moral spiritual anak adalam remaja mengingat pendidik adalah figur terbaik dalam pandangan anak. Metode ini dapat diterapkan pada usia remaja misalnya contohkan shalat, mengaji dan ibdah-ibada atau perbuatan baik lainnya.
B. Metode Demonstrasi.
Metode demonstrasi adalah cara mengajar dengan menggunakan peragaan atau memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses tertentu kepada yang diajar. Metode ini dapat digunakan untuk  mengajarkan agama pada remaja, misalnya mendemonstrasikan langsung seperti; praktek shalat, wudhu, atau praktek penyelenggaraan shalat jenazah.
C. Metode Pemberian Tugas Tidak Terstruktur (3T).
Yaitu tugas yang dikerjakan siswa di rumah atau lingkungannya yang dimonitor Oen guru. Misalnya puasa senin-kamis atau ikut kerja bakti di lingkungan RT.
D. Metode Nasehat.
Termasuk metode pengajaran agama pada remaja yang cukup berhasil dalam membentuk  aqidah anak (remaja) dan mempersiapkannya baik secara moral, maupun emosional adalah pendidikan anak dengan petuah dan memberikan kepadanya nasehat-nasehat. Karena nasehat memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak (remaja) akan hakikat sesuatu, mendorong untuk  menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia.
Menurut Abudinata bahwa nasehat ini cocok untuk  remaja karena dengan kalimat-kalimat yang baik dapat menentukan hati untuk  mengarahkannya kepada ide yang dikehendaki. Selanjutnya beliau mengatakan bahwa metode nasehat itu sasarannya adalah untuk  menimbulkan kesadaran pada orang yang dinasehati agar mau insaf melaksanakan ajaran yang digariskan atau diperintahkan kepadanya.
Sumber : [/http://entikrahma.blogspot.com/2013/06/pendidikan-ibadah-pada-anak.html/]

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *