Ajarkan Meminta Maaf dan Memaafkan

TabloidNakita.com – Jangan bosan untuk terus melatih anak meminta maaf dan memaafkan. Berikut penjelasannya:

JANGAN BOSAN AJARKAN ANAK UNTUK MEMINTA MAAF

Manusia kadang suka berbuat salah, tapi tetap harus mau membuka hati untuk mengulurkan tangan meminta maaf. Meminta maaf dan memaafkan adalah salah satu resep untuk memulihkan hubungan yang kadang terganggu oleh sikap menyakiti atau mengganggu, baik disengaja maupun tak disengaja. Karenanya, jangan bosan untuk terus melatih/membiasakan anak meminta maaf/memaafkan.

 

JADI EGOIS KARENA TIDAK MAU MEMINTA MAAF

Anak-anak yang tidak mau meminta maaf bisa tumbuh menjadi sosok egois. Anak bukan tidak mungkin akan kehilangan teman, miskin empati,  dan cenderung suka menyalahkan orang lain untuk kesalahan yang dilakukannya. Anak yang sulit memaafkan bisa dikategorikan sebagai pendendam. Hatinya selalu gelisah karena masalah dengan teman-temannya. Efeknya sama saja, dijauhi lingkungan. Karena itu, jika sudah dilatih berulang-ulang anak tetap ogah meminta maaf/memaafkan, maka harus digali apa penyebabnya. Bila dirasa perlu orangtua bisa melibatkan ahli dalam hal ini psikolog anak.

 

ORANGTUA MENCONTOHKAN BAGAIMANA MEMINTA MAAF

Ingat, orangtua menjadi sumber peniruan anak. Orangtua pun harus mau meminta maaf jika berbuat salah, termasuk jika bersalah pada anak. Dengan demikian, anak belajar, “Oh, kalau aku salah, aku harus minta maaf. Bunda juga kalau salah sama aku minta maaf, kok.” Tentu anak pun harus tahu, setelah ibu minta maaf, ibu tak pernah mengulangi kesalahannya lagi. Jangan malah melakukan kesalahan yang sama dan meminta maaf lagi. Kalau seperti itu, yang akan dingat anak adalah ternyata minta maaf itu enggak ada artinya.

 

STIMULASI AGAR ANAK MAU MEMINTA MAAF

Jelaskan pada anak mengapa ia harus meminta maaf dan memaafkan, “Kakak, harus minta maaf sama Irma karena telah merebut mainannya. Merebut mainan teman itu tidak baik.” Dengan begitu anak tidak bertanya-tanya kenapa ia harus meminta maaf dan lebih mudah diarahkan. Berbeda kalau orangtua hanya menyuruhnya tanpa memberikan penjelasan, “Ayo, minta maaf!” Anak akan bingung kenapa dia harus minta maaf sehingga dia pun menolak melakukannya.

Berikan contoh konkret pada anak pentingnya membuka hati memberi maaf pada orang lain. Jadikan hal ini sebagai kebiasaan sehari-hari di rumah. Di usia ini contoh dari orangtua lebih mudah diikuti ketimbang sekadar menyuruhnya.

Jangan bosan untuk terus mengingatkannya. Ketika anak lupa meminta maaf setelah melakukan kesalahan, orangtua harus mengingatkannya, “Kakak, ayo minta maaf ke temanmu. Kamu kan sudah merusak mainannya!” Pembiasaan seperti ini akan membuat anak tahu apa yang harus dilakukannya ketika dia melakukan kesalahan. Begitu juga kalau ada yang meminta maaf padanya, ia harus segera menyambut uluran tangan itu.

 

Sumber: http://www.tabloid-nakita.com/read/2981/ajarkan-meminta-maaf-dan-memaafkan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *