Saya pun Berbaik Sangka pada Pelangi

SAAT tiba waktu mandi, saya bertanya pada Pelangi—anak kedua saya perempuan, “Mau mandi di kamar mandi yang mana? Ummi mau bantu siapkan airnya?”

Ia menjawab, “Kamar mandi Ummi.”

“Baiklah,” tukas saya. Lantas bergegas menyiapkan air untuknya.

Waktu semakin bergerak. Saya harus bersegera berangkat keluar kota. Sebenarnya hampir mendekati limit sehingga dipastikan saya akan kesiangan. Pelangi masih asyik mandi, saya pun mengingatkan. “Pelangi, mandinya lancar ya, waktu di kamar mandinya 5 menit lagi…”

Dari kamar mandi terdengar suara, “Iya.”

5 menit kemudian ia pun berkata, “Sudah mandinya,” seraya bergerak meninggalkan kamar mandi. Namun ketika bergerak keluar ia tidak segera menuju kamarnya, malah masuk ke kamar kakaknya.

Sambil menoleh ke arah jam, saya berkata dalam hati, pasti ada yang ingin dilakukannya. “Setelah mandi apa yang kita lakukan ya, Pelangi?” tanya saya padanya kemudian.

“Ya, pakai baju lah,” tukasnya.

“Apakah memakai baju di kamar Aa?” saya bertanya kembali.

“Ini, Adik sedang bantu Aa menyiapkan sepatunya, Aa suka susah pakenya…” Pelangi menjawab.

Mendengar itu saya pun tertegun. Sedetik kemudian saya berkata, “Oh, terima kasih ya Adik sudah mau bantu Aa menyiapkan sepatu…”

Sejenak kemudian, saya bersyukur saya tidak marah. Coba kalau saya langsung marah karena ingin anak bergerak cepat karena saya takut kesiangan, pasti saya akan menyesal mengetahui tujuannya tidak segera memakai baju adalah untuk membantu kakaknya.

Berpikir positif terhadap semua orang maupun semua hal itu penting. Tak terkecuali berpikir positif pada anak-anak. Anak-anaka kita termasuk. Terkadang kita sebagai orangtua mengabaikan hal itu karena mengganggap mereka hanyalah anak-anak yang tidak mengerti apa-apa. Andaikan kita mau belajar dan bekerja keras untuk berpikir positif pada mereka, tentu tidak akan ada kemarahan-kemarahan ayah/ibu hanya karena hal-hal kecil.

Karena orangtua yang mau berpikir positif pada anaknya akan selalu mencari tahu apa dan mengapa sang anak berlaku demikian. Jika mereka melakukan sebuah kesalahan maka orangtua tidak lantas memarahi/menghukum, tapi mencari informasi mengapa hal itu terjadi.

Orangtua yang selalu berpikir positif terhadap anak usia dini mereka akan memahami bahwa jika anak-anak berbuat hal yang tidak membuat kita nyaman bukan merupakan sebuah kesalahan, namun sebuah keterlambatan perkembangan.

Agar jadi orangtua bahagia dan bijaksana, maka berpikir positiflah terhadap anak-anak kita wahai ayah bunda.Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 12 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karena sesungguhnya kebanyakan dari persangkaan itu adalah dosa.”

Jika kita tidak berpikir positif pada anak, maka akan keluar perkataan bahwa anak ini nakal, susah diatur, tidak bisa diam, gak punya sopan santun, anak bandel. Setiap hari akan dipenuhi kemarahan, teriakan, cubitan bahkan pukulan untuk mereka. Hal itu lah yang merupakan dosa yang tidak disadari banyak dilakukan oleh para orangtua.

Sumber : https://www.islampos.com/saya-pun-berbaik-sangka-pada-pelangi-131873/

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *