ORANGTUA BERLAPIS KEBERKAHAN

dakwatuna.com – Sebelum masuk pada pembahasan kami ingin sedikit menjelaskan siapa orang tua yang dimaksud dalam tulisan ini. Anak memiliki dua orang tua yang selalu membimbingnya, pertama orang tua biologisnya saat di rumah dan orang tua di sekolahnya yaitu para guru-gurunya.

Di bawah ini ada beberapa kisah orang tua yang penuh dengan keteladanan yang Allah abadikan nama mereka dalam Alquran mereka bukan hanya sekadar memberi pelajaran kepada anak-anak mereka, namun mereka juga menjadi teladan dan dan berkata penuh dengan hikmah kabaikan (qaulan sadidan). Menjadi orang tua yang baik tidak cukup hanya dengan memberi pelajaran namun lebih dari itu orang tua juga harus bisa menjadi uswatun hasanah (tuntunan yang baik) bagi para anak-anaknya.

Yang pertama adalah seorang laki-laki pengembala kambing, bertubuh kurus, kulitnya hitam legam. Tidak ada kesan wibawa di dalam dirinya namun Allah memberinya hikmah (pelajaran yang baik) baginya ada riwayat lain menyebutkan bahwa dia adalah seorang tukang kayu, dia adalah Luqmanul Hakim. Allah berikan kepadanya hikmah dan keutamaan karena keteladan dan nasihatnya seperti yang Allah kabarkan kepada kita dalam Alquran surah Luqman ayat 16-19 ketika luqman berkata kepada anaknya , “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui. (QS. Luqman: 16)

Alangkah damainya hati seorang ayah ini, namanya Allah abadikan di dalam Alquran bukan karena kegagahanya atau kekuasaannya namun Allah mengabdikan namanya karena keteladanan luqman dan pelajaran yang selalu dia berikan kepada anak-anaknya. Dalam ayat 19 Luqman memberikan pelajaran berharga bagi anaknya yang juga patut kita ambil ibrah tentang tidak baiknya seseorang bersifat sombong dan berbicara dengan suara yang tinggi dalam bergaul di masyarakatnya, karena sejelek-jelek sifat dan suara adalah suara keledai.

Yang kedua adalah Ibrahim as, wasiat yang diberikan kepada anaknya sebelum maut menjemputnya dapat kita temui dalam banyak ayat dalam Alquran salah satunya surah Al-baqarah ayat 132, “Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam”.”

Juga cucunya Ya’kub as, keteladan dan hikmah yang diberikan kepada anak-anaknya yusuf dan kedelapan saudaranya :

“Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (QS Al Baqarah: 133)

Sebuah pertanyaan dan jawaban yang luar biasa. Ketika nabi Ya’kub as bertanya siapa yang akan disembah oleh anak-anaknya saat dia wafat, anak-anaknya menjawab Tuhanmu dan Tuhan kakek moyang mu Ibrahim as yaitu Allah. Semua ini tidak akan pernah terjadi jika saja Ya’kub tidak pernah mengajarkan hikmah dan katauhidan kepada anak-anaknya. Sungguh kesalahan yang kita lihat pada saat ini salah satu penyebabnya adalah karena orang tua sudah tidak perduli lagi dengan sikap keberagamaan anak-anak mereka, Naudzubillah.

Ada sebuah pesan dari seorang ulama sekaligus ahli hadits Ibnul Qayyim Al jauzi:

“Barang siapa yang dengan sengaja tidak mengajarkan apa yang bermanfaat bagi anaknya dan meninggalkannya begitu saja, berarti dia telah melakukan suatu kejahatan yang sangat besar. Kerusakan pada diri anak kebanyakan datang dari sisi orang tua yang meninggalkan mereka dan tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dalam beragama berikut sunnah-sunnahnya.

Sekarang banyak orang tua yang hanya ikut-ikutan punya anak bahkan ada yang tidak berniat memiliki anak. orang tua semacam ini adalah orang tua “Kebetulan” ya kebetulan saja mereka menjadi orang tua tentu sangat berbeda dengan orang tua “betulan”. Orang tua betulan adalah orang tua yang yang selalu ada untuk anak-anaknya, selalu menjadi uswatun hasanah bagi anak-anaknya mereka telah menyiapkan pola mendidik anaknya ketika anaknya lahir.

Ada sebuah kisah yang patut menjadi renungan bagi kita semua selaku orang tua yang mungkin masih belum bisa menjadi teladan, belum pernah bersama anak-anaknya agar tidak menyesal ketika waktu senja nanti. Kisah ini saya ambil berjudul “Mengapa Tidak Pernah Menelpon Ayah”, Ikhsan Baihaqi Ibnu Bukhari dalam bukunya Renungan Dasyat Untuk Orangtua. Kisah ini menceritakan seorang ayah yang protes pada anak-anaknya karena setiap anaknya menelpon yang mereka tanyakan adalah “Ibu sehat pak’ atau pak saya mau bicara dengan Ibu”. Selalu yang mereka cari adalah ibunya tidak pernah sekalipun dia bertanya tentang kabar ayahnya. Begitulah curhat sang ayah.

Ternyata saat masih muda dulu, ayah ini memiliki pekerjaan sebagai aparatur pemerintahan yang waktunya banyak tercurahkan untuk pekerjaannya sebagai abdi negara, sehingga dari kecil anak-anaknya dirawat dan dididik oleh ibunya. Si ayah pergi pagi pulang sudah larut malam bahkan pada hari liburpun waktunya dihabiskan di luar rumah dengan dalih pekerjaan hal ini membuat anak-anaknya tidak dekat dengan ayahnya. Kini di waktu senjanya setelah pensiun, ayah ini mengisi hari-hari hanya di rumah dengan rasa sangat kesepian karena jauh dari anak-anaknya.

Bayangkan seandainya saja waktu bisa diputar kembali dan ayah ini menyediakan sedikit saja waktunya untuk anak dan bersama anak bukan hanya sekadar di dekat anak artinya saat bersama anak-anak tidak lagi dicampuri oleh aktivitas lain-lain seperti sambil membaca Koran, BBM-an atau sambil menonton TV. Bersama anak adalah anda benar-benar tertawa, bermain bersamanya pastilah di saat tuapun anak-anaknya dekat dan selalu merindukannya. Perasaan tidak bisa dibohongi dan dipaksa perasaan cinta akan mengalir dengan sendirinya jika anda dekat dan menyediakan waktu bersama anak-anak kita. Para Ayah dan Ibu sekarang anda tinggal memilih mau menjadi orang tua yang mana?, Orangtua Betulan atau Orangtua Kebetulan. Jawabannya ada pada diri kita sendiri. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan cintanya kepada kita agar kita bisa memberikan yang terbaik untuk generasi emas agama ini.

Selamat menjadi Orangtua shalih.

Sumber : http://www.dakwatuna.com/2015/04/06/66867/orang-tua-berlapis-keberkahan/

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *