AYAH, AKU RINDU PELUKANMU

dakwatuna.com – Pagi Sabtu seperti biasanya Saya menanti istri dan anak-anak menjemput Saya di Terminal Leuwi Panjang, Bandung. Tepat jam 10 Saya menunggu di Rumah Makan Ampera di dekat terminal itu.

Saat sedang asyik menyeruput kopi panas, melintaslah di depan pintu rumah makan itu seorang gadis kecil berusia 7 tahunan, cantik sekali  wajahnya khas wajah-wajah Sunda yang indah. Menarik buat Saya adalah ketika gadis kecil ini menengok ke kanan dan ke kiri sambil memandang Saya dan kemudian tertunduk malu. Saya berpikir apakah anak ini anak jalanan tetapi sepertinya tidak, bajunya bagus bersih dan bahkan sangat bersih cerah. Apakah gadis kecil ini jatuh cinta? Oh tidak bagaimana mungkin seorang anak usia 7 tahun jatuh cinta pada pria 30 tahunan seperti Saya.

Saya panggil anak itu “Adek…Ke sini”, tersipu-sipu Gadis kecil ini mendekat. “Ade..Siapa namanya?” , “Aku…Nadiah Om, Om lagi sendiri ya?”, Saya merinding gadis kecil ini menanyakan kesendirian saya.

Saya bertanya “Ade darimana?”, “Aku dari Pasir Koja om…, Om aku kenalin sama mamah mau ya…” Rayu Nadiah pada Saya. Nadiah gadis kecil ini menggenggam tanganku dan menarik-narik Saya. “Emang, Mamahnya di mana, nggak sama papah?” Tanya Saya pada Nadiah. Nadiah mulai berlinangan Air mata “Papah udah pergi Om, papah meninggalkan aku sama mamah, Om mau jadi papah Aku kan?” Tanya Nadiah pada saya dengan linangan Air matanya. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan Nadiah yang merindukan seorang papah, Papahnya memang pergi entah ke mana tetapi saya tidak mungkin menjadi Papahnya. Saya peluk Nadiah dengan membisikkan “Nadiah harus yakin Jika Nadiah akan ketemu papah yang baik, Nadiah harus rajin berdoa ya” Saya usap kepalanya dan saya pun tak kuasa menahan Air mata pagi ini. Nadiah pergi dari hadapan saya sambil menangis pelan, saya tidak kuat melihatnya, kemana Nadiah pergi mungkin bersama mamahnya. Dari kejauhan saya melihat Nadiah bersama ibunya meninggalkan toko di sebelah Rumah Makan itu.

Pembaca bayangkan betapa perceraian itu bukanlah pilihan, betapa banyak anak merindukan papanya, kejadian seperti ini sering saya alami dan temukan sendiri di Kota Bandung, Jawa Barat.

Tahun 2007 yang paling Saya ingat, ketika Saya pulang kerja dari Rabbani Hypnofashion, Saya menumpang angkot jurusan Leuwi Panjang – Cicaheum, saya duduk tepat di belakang supir dan dipojok depan Saya seorang gadis kecil usia 5 tahun bersama Ibunya.

Sampailah mereka pada tujuan ketika ibunya meminta supir angkot untuk berhenti, tiba-tiba Gadis kecil ini memegang tangan Saya dan berkata “Ayo Ayah.. kita sudah sampai.. Ayo turun”, Sang Ibu menegur anaknya ” Dhita.. Ini bukan ayahmu nak…”,

Sang anak tetap ngotot “Ini Ayah Bunda…Ini Ayah….” Gadis kecil bernama Dhita ini mulai menangis. Sang ibu meminta maaf kepada saya dan menjelaskan jika Anaknya sedang merindukan Ayahnya dan saya memang mirip seperti ayahnya Dhita.

Saya meminta izin pada supir untuk bertahan sebentar “Dhita.. sini Om peluk ya sayang…” , Gadis kecil ini pun menangis, Dan terus berkata “Ayah…Kita sudah sampai…Ayo…”, Saya tidak kuat melihat kejadian ini, saya terharu dan akhirnya ikut menangis. Oh Tuhan…….

Saya melihat sang Ibu sepertinya menahan sesuatu rasa yang tak terbendung, setelah angkot itu berlalu, dari kejauhan saya melihat sang Ibu mengusap air matanya berkali-kali, saya pastikan sang Ibu menangis.

Ke mana perginya Ayah Dhita, Ke mana perginya, Ya Allah… Mengapa kondisi ini selalu Saya temukan, mengapa suami-suami meninggalkan istrinya, mengapa ayah-ayah meninggalkan anaknya…

Ayah, Aku rindu pelukanmu mungkin itu yang ada di hati Nadiah pagi tadi. Ya Allah….. Ampuni hambamu yang belum bisa berbuat banyak untuk anak-anak yang telah kehilangan Ayahnya.

Sumber : http://www.dakwatuna.com/2015/04/08/66957/ayah-aku-rindu-pelukanmu/

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *